Tiru Rasa Malu Yang Dimiliki Nabi Muhammad

Semarang, (15/9) malam kedua belas Rabiul Awwal menjadi peringatan hari besar umat Islam yaitu kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pondok Pesantren Al-Uswah mengadakan Pengajian Akbar dalam rangka puncak maulid yang telah dimulai dari awal bulan. Kali ini setelah pembacaan Kitab Maulid Al-Barzanji hadir Kyai Muhajir dari Salatiga memberikan mauidhoh hasanah.

Akhir-akhir ini, rasa malu menjadi perhatian yang serius. Banyak yang meninggalkan rasa malu. Akhlak santri sudah mulai memudar. Kyai Muhajir mencontohkan akhlak Nabi sebagai suri tauladan berupa memiliki rasa malu yang tinggi. Santri bisa meniru ini dari Kanjeng Nabi. Salah satunya dengan bersikap tawaduk. Apalagi dihadapan guru atau kyainya. Seperti halnya Kanjeng Nabi kalau berjalan tak pernah mendongakkan kepalanya.

Kyai Muhajir memberikan ilustrasi lain tentang rasa malu dari sebuah Hadits berkaitan dengan hutang atau menghutangi. Akhlak Nabi ketika bertemu dengan orang yang dihutangi Nabi malah menghindari dari sahabat yang berhutang tersebut. Karena akan menimbulkan rasa malu bila bertemu Nabi. Hal-hal seperti ini diperhatikan oleh Nabi.

“Tidak cukup dengan hanya membaca shalawat saja namun, dengan mengikuti tindak lampah (tingkah laku) Nabi.” terang Kyai Muhajir.

Dengan peringatan Maulid seperti ini, kita ikuti akhlak Kanjeng Nabi.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Uswah, KH. M. Thoyyib Farchany mengingatkan kepada jama’ah yang hadir akan pentingnya memuliakan dengan cara menghormati kanjeng Nabi. Semua bisa menghormati Maulid Nabi dengan cara masing-masing. Kalau sebagai santri ya dengan cara mengaji dan menuntut ilmu dengan tekun. Walisantri bekerja dengan ikhlas untuk mendapatkan rezeki yang halal. Tukang sound disamping saya ini dengan cara sound system bekerja dengan baik tidak berdengung. Semua itu bila dikerjakan untuk menghormati Nabi maka itu semua pahala.

“Barangsiapa memuliakan hari kelahiranku maka kelak akan mendapatkan syafaatku di Hari Kiamat. Dan barangsiapa berinfaq dirham dalam peringatan Maulid Nabi, maka sama dengan pahala infaq gunung emas di jalan Allah Swt.” papar Gus Thoyyib.

Gus Thoyyib menyitir Hadits tersebut sebagai bagian dari cara menghormati dan memuliakan hari kelahiran Kanjeng Nabi. (*)

Bagikan

Cari Berita

Search

Profil Ponpes

Putar Video

Social Media

Pencarian

Search